Pada Minggu, 2010 Juli 11, total gerhana matahari terlihat dari dalam sebuah koridor sempit yang melintasi belahan bumi selatan. Jalur bayangan umbral Bulan melintasi Samudra Pasifik Selatan di mana ia tidak membuat daratan kecuali Mangaia (Kepulauan Cook) dan Easter Island (Isla de Pascua).
kenapa dengan anak - anak negeri ini ?
17 Mei adalah Hari Anak Jalanan Sedunia. Walau Konvensi Hak Anak PBB diratifikasi oleh 192 negara, jutaan anak di dunia hidup di jalanan. Mereka tidak bisa menikmati air minum bersih, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Bagaimana situasi anak-anak jalanan di Indonesia? Berikut wawancara Radio Nederland Wereldomroep dengan aktivis Komnas Anak, Aris Merdeka Sirait.
Jumlahnya meningkat
Aris Merdeka Sirait [AMS]: 'Situasi anak jalanan di Indonesia itu cukup memprihatinkan karena sampai hari ini masalah-masalah anak, khususnya pada anak-anak yang berada di jalanan ini, belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Jumlahnya terus-menerus meningkat. Bahkan pemerintah sendiri tidak punya data. Kalau kita coba minta, itu semua data yang ada hanya data-data yang terkumpulkan dari tahun 2000an'.
'Sementara ini sebenarnya untuk 12 kota besar saja itu sudah mencapai jutaan anak-anak yang terpaksa hidup di jalanan akibat dari kemiskinan struktural itu'.
Berusia 2-15 tahun
Radio Nederland Wereldomroep [RNW]: 'Berapa rata-rata usia mereka, usia anak-anak jalanan itu?'
AMS: 'Berusia sekitar dua sampai 15 tahun. Mereka umumnya tidak lagi mengenal dunia keluarga. Mereka tidak mengenal dunia pendidikan. Mereka tidak mengenal lagi dunia bermain dan sebagainya. Mereka berhadapan dengan kekerasan di jalanan setiap hari. Kita bisa bayangkan anak-anak pada usia dua tahun terpaksa harus menghidupi diri sendiri dengan menghadapi kekerasan yang begitu luar biasa di kota-kota besar di Indonesia'.
RNW: 'Di daerah mana situasi anak jalanan yang paling parah?'
AMS: 'Menurut data kami ada di 12 kota terbesar di Indonesia, antara lain adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Ujung Pandang, NTB, lalu kemudian Lampung, Palembang, lalu kemudian juga Jambi'.
Karena kemiskinan
RNW: 'Bagaimana situasi anak-anak jalanan kalau dibanding katakanlah dengan sepuluh tahun yang lalu. Apakah terlihat suatu kemajuan atau malah tidak?'
AMS: 'Sama sekali tidak ada kemajuannya. Karena pilot-pilot project yang didanai oleh Bank Dunia maupun Bank Pembangunan Asia, sejak tahun 1998 nampaknya itu secara signifikan tidak membawa perubahan. Kondisi tetap terus-menerus seperti apa yang kita lihat sepuluh tahun yang lalu. Bahkan sekarang ini jumlahnya semakin membengkak dan situasinya lebih memprihatinkan daripada tahun 1998. Kita bisa melihat bahwa kemiskinan itulah yang mendorong mereka untuk turun ke jalan'.
Pemerintah tak peduli
'Sementara program-program pengentasan dari pemerintah, mereka hanya lebih mengamankan peraturan-peraturan daerah di mana anak-anak tidak dibenarkan hidup di jalanan. Anak-anak dianggap sebagai pengganggu keamanan kota dan sebagainya, sehingga pendekatan yang dilakukan oleh negara, ketika dia menangani anak jalanan, hanyalah untuk menyelamatkan peraturan daerah, untuk kepentingan-kepentingan kekuasaan. Bukan substansi akar masalah dari anak-anak itu'.
Perlawanan anak-anak
RNW: 'Kegiatan anak-anak jalanan ini apa sehari-hari?'
AMS: 'Pertama, mereka survive dalam menghidupi dirinya sendiri. Lalu yang kedua, mereka membangun komunitas, membangun solidaritas, membangun kesetiakawan di antara mereka untuk saling membantu. Komunitas-komunitas yang mereka bangun, solidaritas-solidaritas yang mereka bangun adalah salah satu bentuk perlawanan dari anak-anak jalanan itu pada sistem, pada politik, pada ketidakmampuan negara untuk mengentaskan mereka dari anak jalanan'.
Menghilangkan stigma
RNW: 'Upaya-upaya seperti apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah anak jalanan ini?'
AMS: 'Saya kira kita harus merefleksikan sebuah kegagalan yang dilakukan oleh negara, dalam hal ini pemerintah, dengan bantuan Bank Dunia, bantuan Bank Asia melalui pemerintah, dengan mendirikan rumah-rumah singgah dan lain sebagainya bagi anak-anak jalanan. Saya kira refleksi dari kegagalan itu, maka perlu ada, satu, bagaimana cara kita menghilangkan stigma bagi anak jalanan yang dianggap sebagai anak nakal itu. Labelisasi itu sulit untuk dihindari, sehingga anak-anak jalanan itu dengan mereka tidak mampu melawan labelisasi itu, akhirnya mereka membentuk komunitas. Nah, komunitas-komunitas anak jalanan ini yang perlu didekati. Itu yang pertama'.
Pendekatan komuniti
'Yang kedua, cara lain adalah bagaimana mengembangkan satu program, atau kegiatan anak-anak jalanan, itu yang melibatkan peran serta masyarakat, dalam arti dengan menggunakan pendekatan community approach. Jadi masyarakat betul-betul terlibat untuk mengentaskan mereka dari dunia jalanan itu. Lalu juga merubah sistem pendidikan yang artinya memberikan akses kepada anak-anak jalanan itu dalam dunia pendidikan'.
RNW: 'Bagaimana anak-anak ini menyambut bantuan dari pelbagai lsm? Mereka bersedia menerima bantuan? Atau ada juga yang menolak diberi bantuan?'
AMS: 'Dengan perkembangan kekritisan, atau daya kritis dari anak-anak, ketika anak-anak sudah mengikuti pendidikan alternatif yang diselenggarakan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, sebelum ada bantuan-bantuan pemerintah, saya kira ini cukup kritis bagaimana anak jalan mengkritisi kebijakan-kebijakan negara terhadap dirinya'.
'Tapi ada beberapa juga yang menyambut baik ketika lsm-lsm lebih mengedepankan kepentingan terbaik dari anak jalanan itu, bukan pendekatan proyek, tapi pendekatan komuniti. Mereka umumnya kalau melihat pendekatannya proyek, mereka biasanya menolak itu'.
'Tapi kalau pendekatannya adalah pendekatan atas dasar, pendekatan kebutuhan dari anak jalanan untuk menjawab tantangan-tantangan yang mereka hadapi, menjawab penderitaan yang mereka hadapi. Mereka biasanya bersama-sama membangun sebuah komunitas untuk merubah keadaan sekarang dengan lebih baik di masa depan'.
Pemerintah wajib memfasilitasi anak jalanan
RNW: 'Harapan Anda atas masalah anak-anak jalanan ini apa?'
AMS: 'Untuk menyelesaikan masalah anak jalanan, kita berharap bahwa negara punya kewajiban untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan itu. Kemiskinan jangan dipakai sebagai kambing hitam, tapi kemiskinan struktural, tindakan-tindakan negara yang harus melindungi mereka, baik itu di jalanan, melindungi mereka dari hak-hak mereka mendapat akses pendidikan dan sebagainya'.
'Yang kedua, kewajiban dasar negara adalah bagaimana memfasilitasi anak jalanan untuk tidak tertinggal, atau tidak hilang hak-haknya atas pendidikan maupun pelayanan kesehatan, itu hanya melekat pada negara. Saya kira lembaga swadaya masyarakat perlu mendorong, perlu melakukan advokasi agar negara sungguh-sungguh mengimplementasikan khususnya memberi rasa nyaman, memberi hak atas pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi anak-anak jalanan'.
Demikian Aris Merdeka Sirait kepada Radio Nederland Wereldomroep.